2012

12/28/12

11/11/12

Nonton & Nontoni | Liputan TA Pedalangan






















"Malam itu hanya impian belasan tahun lalu, ketika sang bapak mamak mengajak pertunjukan di desanya. Andi kecil, Ia tak mau pulang walau kelopak matanya mengatup. Malam tadi Ia membuktikan bahwa angan lalunya tak hanya kiasan belaka.Pakeliran 3,5 jam diselesaikannya dengan sangat manis."

10/22/12

Wawancara Animasi [at] Dody Animation


Bicara soal industri mungkin harus dikerucutkan lagi, industri yang mana dan seperti apa? Hmmm… atau mungkin belum ada industrinya? Kalau angka pastinya saya tidak tahu pasti. Jauh sejauh mana ukurannnya juga tidak jelas. Kalau ukurannya tayang di TV nasional mungkin kecil sekali, namaun kalau kita tilik dari berbagai media pembelajaran, website, jejaring sosial, komunitas, youtube, dll. Saya berani bilang sudah jauh sekali, alias berkembang [sangat] pesat. Banyak sekali parameter yang bisa dijadikan ukuran.

Sumber: Kutipan wawancara saya di Dody Animation 



9/27/12

Kreatif Jammingan | Workshop & Talkshow





Workshop Open Studio dan Blender Indonesia di Malioboro Mall Yogyakarta dalam acara Wedangan Creative Sharing yang didukung oleh Disperindagkop DIY. Materi workshop seputar animasi dan karya kreatif di Yogyakarta. Saya berkolaborasi dengan IGOS Nusantara, IMAJIKU Workshop, dan 2D artist Roni Setiawan. 

Khusus workshop, saya melakukan kolaborasi dengan Roni untuk mencoba kehebatan software ALCHEMY dan MyPaint. Dalam 30 menit berhasil membuat sebuah artwork spontan berupa sosok robot. Sebelumnya Roni belum pernah menggunakan software MyPaint dan hanya mencoba Alchemy dalam beberapa minggu.

RONI SETIAWAN | PORTOFOLIO

8/4/12

8/3/12

7/10/12

IOSA 2012


Pesta hadiah untuk komunitas Blender Indonesia di Booth IOSA 2012

Saat menerima penghargaan IOSA 2012 kategori Tokoh
...
Sedangkan Hizkia Subiyantoro, ia secara aktif mendorong industri digital kreatif yang menggunakan aplikasi open source, dan Mohammad Basyir Ahmad yang memiliki komitmen yang tinggi untuk menerapkan OSS di lingkungan pemerintahan.

Kemudian pada tataran komunitas adalah Blender Indonesia, memiliki karya digital kreatif berbasis open source, Forum Ubuntu Indonesia, aktif memiliki forum diskusi online dan darat, serta pengguna Blankon Malang, aktif menyediakan dukungan teknis pada proses migrasi open source di lingkungannya.

Sumber: http://pendek.in/1cva

6/14/12

Tantan | Behind The Scenes




Membuat video dokumentasi (behind the scenes) adalah favorit saya. Proses ini menjadi sangat penting ketika kelak jejaknya bisa terus dinikmati. Entah sebagai kenangan, arsip, atau inspirasi anak cucu. Walau tidak terlalu panjang, minimal bisa menggambarkan beberapa proses animasi dan orang yang terlibat didalamnya.

Sekaten Research




Sekaten adalah sebuah event rakyat setahun sekali. Digelar di area alun-alun utara Jogja. Saya besama istri beberapa kali mengunjunginya sebagai nostalgia masa kecil saya. Beberapa shoot kami rekam dengan kamera sederhana untuk dokumentasi. Sebuah rekaman kecil mengenai Hiruk-Pikuk pesta rakyat.

5/29/12

4/12/12

4/7/12

UWA | The Making of




UWA and The Indonesian Jungle adalah animasi (TV series) besutan HICCA Studios, Jogja. Awal Maret saya sempat bergabung di produksi Opening sebagai project manager selama satu bulan. Tugas saya adalah mengkoordinir team animator (pipeline, jadwal, teknis, dll) sekaligus membantu mereka berpindah ke software Blender sebagai pipeline utama. Sangat menantang! Silakan nikmati proses kerjanya ;)

3/30/12

Wawancara Tabloid Komputek



Suatu kehormatan bagi kami bisa mewawancarai Mas Hiza untuk pembaca Tabloid Komputek. Sebelumnya, Dapatkah Anda pertama kali memperkenalkan diri kepada kami dan menceritakan secuil cerita kepada kami bagaimana Anda terlibat dalam dunia animasi?

Terimakasih sebelumnya, saya merasa terhormat. Awal karir saya dimulai tahun 1998, setelah menyelesaikan pendidikan desain grafis dengan bekerja sebagai desainer packaging. Lalu setelah 2 tahun saya kuliah lagi di ISI Fakultas Seni Rupa, mengambil mayor Seni Grafis. Selama menjadi desainer dan malang melintang terlibat dalam industri percetakan, saya merasa jenuh. Kebetulan sejak kecil saya suka menggambar, bermain musik, berorganisasi, drama, menulis puisi dan
cerpen, elektronika, dan segudang aktifitas motorik lainnya. Akhirnya saya berpikir ulang tentang sebuah karir baru, Animasi.

Awalnya ragu karena saat itu belum saya tidak banyak menemukan teman di wilayah tersebut. Singkat cerita saya merasa ini adalah dunia baru yang menantang, semua hobby saya menjadi tersalurkan di Animasi (2004). Saya segera 'memburu' ilmu dari berbagai sumber. Cukup lama belajar, dan pada akhirnya tahun 2007 bersama teman mencoba merintis karier menantang di Jakarta, mendirikan game developer. Pada tahun itulah petualangan dimulai. Asik dan menantang.

CHIP: Edisi 3D Animasi



Ceritakan awal mula berdirinya komunitas Blender, dimana, kapan, dan siapa saja
pendirinya?


Sejarah Komunitas Blender Indonesia
Sebelum adanya Blender Indonesia ORG, banyak komunitas atau individu yang rata-
rata adalah pelaku animasi membuat blog atau situs sendiri-sendiri. Tidak ada kesatuan
didalamnya sehingga mempersulit proses pertukaran informasi dan akses pembelajaran,
dimana kondisi tersebut terjadi sekitar tahun 2007-2009.

Lalu pada di awal bulan Agustus tahun 2009, berdirilah Blender Indonesia ORG dengan
pendirinya adalah Subiyantoro (dikenal dengan nickname HizaRo di komunitas Blender
Indonesia ORG). Dengan memanfaatkan relasi dan social networking Facebook, Blender
Indonesia kemudian menjadi cepat berkembang dan dikenal oleh banyak komunitas, dan
anggota baru bermunculan setiap hari dan menyambut baik atas kehadiran forum ini,
dengan misinya saat itu adalah komunitas Blender yang bersatu.

Selang 2-3 bulan sejak peluncuran perdananya, lahirlah [dot]BlendMagz, majalah Blender
Indonesia yang terbit 2 bulan sekali dan bisa di-download secara free tersebut, merupakan
dokumentasi karya dan event-event komunitas Blender dan open source.

1/11/12

Cultural Glitch: Hiza Ro, Animation Community Captain


Blender is a local online community dedicated to documenting the ever-increasing number of talents in the local animation scene. We spoke to co-founder Hiza Ro, a dedicated animation buff who is also known as “Captain Blender,” about the trials and challenges faced by animators in Indonesia. 







How far has the culture of animation developed in Indonesia?


The culture of animation in Indonesia is, I think, getting better and experiencing significant growth. Modern [animation] hardware and software are also resulting in increasingly sophisticated animations. Although the influence of Japanese and American animation is still prevalent, I'm certain that one day characteristically Indonesia animation will be created. And yes, it will be a long process that requires the support of the government.



How are our local animators faring globally?


Our local animators and many others from Southeast Asia are now inviting the interest of many international animation studios. There is just an abundance of talents, who gather as online communities, producing healthy competition and quality work.




Who and what are some of our standout animators and animations? 


The answer to that would be subjective. In general, there are a lot of talented animators in Indonesia, but their performances still have a lot to do with their team. These last five years, the best work seems to have come out of the television advertising field, although there are also a few short- and long-form animated films starting to crop up.


Are there certain uniquely Indonesian traits that you’ve seen pop up in local animations?


In general, Indonesia's cultural diversity is very influential in the creation of the characters and stories. Although it has yet to settle on any specific form, slowly but surely Indonesian animators are getting richer in their variable stories and design.




What are the challenges faced by local animators?


There is still a lack of quality education regarding the professional production process. Animation is part of the [entertainment] industry, and we need to learn about competing, especially globally. There is still a struggle in the production, legal, promotional and marketing side of the industry, which has not been explored properly. Many of our animators are working as freelancers for various overseas companies, because in our own country, animators are still regarded as ‘cheap’ in value.




What kind of things can we achieve through animation, if it is taken more seriously?


A lot can be achieved if the industry is taken seriously. Some of the more serious animation studios here, in fact, have worked on a variety of local and internationally produced series. In the future, I think we can expect an improvement in the field of television commercials, visual architecture and games.

Source:
http://www.thejakartaglobe.com/blogs/cultural-glitch-hiza-ro-animation-community-captain/471827